Konsultan AI Pemerintahan

Kami siap membantu anda membangun AI untuk pemerintah daerah, deploy server, tuning data, running dan integrasi dengan aplikasi Pemda.

Pembuatan Aplikasi

Anda ingin membuat aplikasi desktop, web atau mobile sesuai kebutuhan custom, hubungi kami!!!.

Jaringan Intra Pemerintah

Kami siap membangun jaringan intra pemerintah daerah berbasis fiber optic.

Pusat Data

Anda perlu srever hosting data dan aplikasi, kami siap membangunnya untuk anda!!.

AI Training

Anda punya model AI dan ingin mentraining dengan data sendiri, kami solusinya!.

24 Desember 2007

Suka Duka Mengajar di Daerah Terpencil

Saya bertugas mengajar di daerah rawa yang termasuk kategori sangat terpencil di kabupaten Hulu Sungai Selatan. Nama tempat ini adalah Bajayau. Di Bajayau semua tempat terdiri dari lahan rawa yang sangat luas membentang dari Amuntai, Kandangan, Rantau, Martapura hingga Marabahan dan Muara Teweh. Siswa di tempat saya ini, kalau pergi ke sekolah semuanya harus naik kelotok yang merupakan kendaraan air satu-satunya yang dapat mengantarkan mereka ke sekolah. Segi positifnya mereka naik kelotok ini, tidak ada istilah siswa pulang lebih dulu, karena kalau pulang harus sama-sama di kelotok ini. Segi negatifnya, kalau pas kelotoknya mengalami kerusakan, ya....semua siswa di kelotok tersebut tidak dapat hadir ke sekolah.

Perjalanan ke tempat tugas saya, dimulai dari ibukota kabupaten, yakni kota Kandangan. Dari Kandangan biasanya saya naik sepeda motor sejauh 35 Km ke Nagara, ibukota kecamatan yang masih dapat dijangkau angkutan darat. Untuk sampai di Bajayau, saya harus naik kelotok lagi selama 1,5 jam menyusuri sungai Nagara ke arah Hilir. Nagara merupakan kota industri yang lumayan maju. Penduduknya sebagian besar hidup dari usaha kerajinan logam dan berdagang. Jangan heran jika anda pergi ke Nagara, anda akan mendengarkan denting suara logam yang ditempa di setiap sudut kota. Bahkan ada humor segar: "Andaikata ada pesawat terbang yang jatuh di Nagara, maka KNKT tidak akan dapat menemukan bangkai pesawat tersebut..? Karena telah habis diambil dan diolah oleh pengrajin logam menjadi berbagai peralatan seperti wajan, panci, dan lain-lain.".

Perjalanan dari Nagara sampai ke Bajayau menyusuri sungai ke arah hilir naik kelotok 1,5 jam mempunyai arti tersendiri. Di kelotok ini berkumpul semua PNS yang senasib seperjuangan di 'garis depan'. Guru, bidan, dokter, perawat, dan lain-lain memenuhi kelotok yang kecil. Akibatnya setelah ruang bawah penuh, ya...terpaksa deh kami duduk di atas atap kelotok sambil bercerita mengenai perjuangan di 'garis depan'. Oleh sebab itu, para PNS di sini menjadi akrab, saling mengenal, karena selalu bertemu jika akan berangkat ke tempat tugas. Mungkin rasa senasib sepenanggungan 'di garis depan' ini lah yang membedakan dengan PNS di kota yang kadang saling acuh tak acuh karena jarang bertemu.

Sepanjang perjalanan, kami seolah melihat gambaran kehidupan masyakat yang lengkap. Dari kota terlihat masyarakat yang maju, canggih, individualistik. Terus ke 'garis depan' kami mendapati masyarakat yang masih terbelakang, sederhana tapi penuh kekeluargaan. Rumah mereka terletak di tepi sungai, tanpa listrik, tanpa air ledeng, tanpa TV. Kemana-mana naik kelotok. Sungguh kehidupan yang masih belum terjangkau gegap gempita pembangunan. Tapi mereka tidak mengeluh, terus berusaha sendiri, tidak demo, tidak mengajukan 'class action' kepada pemerintah, kenapa daerahnya belum terjangkau pembangunan.

Setelah sampai di tempat tugas, SMP Negeri 2 Daha Selatan hilanglah segala penat dan letih di perjalanan. Tempat ini seolah menjadi tempat yang mengasyikkan. Sekeliling bangunannya di atas air rawa yang dipenuhi berbagai macam ikan. Di sini tidak ada polusi dan udaranya masih segar. Lingkungannya tenang tanpa suara bising kendaraan bermotor seperti di kota besar. Siswa-siswanya sangat penurut pada guru. Yaah..mungkin karena belum banyak terpengaruh 'tayangan buruk' di televisi sehingga mereka sangat menghormati guru.

Jangan anda berfikir, bagaimana kami melakukan upacara bendera, apa berdiri di atas air? Tidak, kami memiliki lapangan luas yang dibangun di atas air tepat di tengah-tengah bangunan sekolah. Lihat saja siswa-siswi kami, keren kan? tidak kalah penampilannya dengan di kota. Oh, ya sepatu yang mereka pakai seragam, merupakan bantuan dari Bank BPD Kalsel cabang Kandangan yang sangat penduli dengan pendidikan. Kalau topi yang mereka pakai merupakan bantuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten HSS. Kemudian lambang dan emblem merupakan swadaya sekolah yang dibeli dari dana BOS. Sekedar di ketahui, siswa-siswi kami kebanyakan dari masyarakat miskin. Jangankan untuk membeli sepatu, untuk makan saja mereka masih kesulitan. Jadi Bapak kepala sekolah harus memutar otak bagaimana supaya seragam sekolah lengkap seperti di kota.

Tapi Bapak dan Ibu Guru di SMPN 2 Daha Selatan sudah canggih lho. Lihat saja, di samping ini Bapak Wakasek yang lagi mengajar. Ada 2 laptop di depan beliau sehingga kalau menjelaskan materi pelajaran bisa ditayangkan di dinding memakai LCD proyektor. Itulah komitmen kami agar tidak ketinggalan dengan di bidang IT. Laptop sekolah dan proyektor kami beli setelah dapat bantuan dana Schollgrant. Kalau yang satunya lagi, laptop pribadi yang dibeli dengan uang kantong sendiri. Yaaah..terkadang kami harus kredit di Bank, tapi nggak apa-apa demi kemajuan diri dan kemajuan anak didik. No problem lah. Tapi idealnya pemerintah harus turut memikirkan bagaimana agar guru di daerah terpencil maju. Misalnya bagi-bagi laptop gratis. Kan enak...!

Saya tinggal dan menginap di Bajayau. Pemerintah berbaik hati membuatkan rumah dinas yang lumayan 'mungil'. Rumah ini juga di atas rawa, jadi kalau siang panas sekali dan kalau malam dingin sekali akibat adanya air di bawah rumah. Gangguan lain adalah nyamuk yang menjadi salah satu 'ikon' daerah terpencil. Kalau malam terkadang terdengar suara gemuruh 'konvoi' nyamuk yang lagi lewat di atas rumah. Saking banyaknya nyamuk ini, saya pernah memakannya. Lho? bukan sengaja sih, tapi pas waktu makan malam mulut terbuka, ada nyamuk masuk. Yaa... sekalian aja tertelan sama makanan. he.he.he.

Akhirnya, kalau dipikir-pikir, susah juga mengajar di 'garis depan'. Banyak memerlukan pengorbanan waktu, tenaga dan biaya. Jauh dari keramaian dunia, jauh dari gegap gempita kemajuan teknologi, terkadang kurang diperhatikan. Tapi kalau melihat anak didik yang masih polos, melihat semangat mereka belajar, melihat tatapan penuh harap dari bocah daerah terpencil, rasanya hati ini ingin selalu datang dan bertugas di sini. Terkadang memang ada tawaran untuk pindah ke kota, tapi saya tolak karena terlanjur 'jatuh cinta' mengajar di daerah terpencil.

12 November 2007

Menjadi Guru: Lain teori di kampus, lain keadaan di lapangan



Ada gurauan seorang teman yang sepertinya mewakili keadaan saya sebagai seorang guru. "Kalau kita mengajar maka hanya 10% ilmu di kampus yang dapat diterapkan di lapangan, sisanya 90% harus belajar sendiri".

Saya merenung dan merasakan apa benar hal ini terjadi pada diri sendiri. Sejak menjadi guru sekitar 4 tahun yang lalu, ternyata banyak hal yang terpaksa harus belajar sendiri. Ilmu yang saya butuhkan untuk menghadapi tugas di lapangan sebagai guru ternyata tidak mencukupi dari apa yang saya peroleh di bangku kuliah.


Yaah, mungkin saya termasuk orang kategori malas, sehingga sewaktu kuliah kurang belajar atau menimba ilmu dari dosen yang susah dicari di kampus, karena selalu terbang (dosen terbang). Mungkin saya orang yang kurang suka ke perpustakaan kampus yang koleksi bukunya hanya dapat dipinjam 2 hari. Tapi itulah hal yang sudah terjadi, sampai disitulah kemampuan saya kuliah. Walaupun akhirnya setelah menjadi guru, terpaksa harus rajin kembali buka-buka buku, bertapa di perpustakaan bahkan bertanya dan berguru pada guru yang lebih senior karena ilmu yang ada sangat kurang untuk menjadi guru.

Misalnya tentang administrasi dan perencanaan mengajar. Ternyata materi, format, bentuk dan contoh perangkat mengajar yang diperoleh di bangku kuliah tidak sama dengan yang ada di sekolah. Format tersebut tidak disetujui oleh pengawas.

Akibatnya sewaktu diminta oleh dinas pendidikan membuat dan mengumpulkan berkas administrasi mengajar terpaksa membuat berdasarkan format yang dipinjam dari guru senior, bukan memakai format yang ada di bangku kuliah.

Demikian juga dengan strategi mengajar. Sewaktu kuliah ada sih mata kuliah STRATEGI PEMBELAJARAN. Bahkan pakai praktek di kampus dan di sekolah sekitar kampus lagi. Tapi kalau praktek di kampus, yang menjadi siswa adalah kawan mahasiswa yang udah pintar semua. Akibatnya ilmu tentang strategi mengajar masih kurang.

Kalau praktek di lapangan (PPL) ada juga. Tapi waktunya sedikit hanya beberapa kali pertemuan. Akibatnya saya kurang begitu mengerti ilmu strategi belajar yang baik.

Sebenarnya dosen mengharapkan kita dapat belajar sendiri dari perpustakaan. Tapi kalau sekedar membaca sih sudah banyak juga dapat bukunya. Tapi strategi mengajar tidak melulu hanya teori. Perlu praktek, perlu diskusi dengan yang lebih ahli.

Akibatnya, jadilah murid saya di tahun pertama menjadi kelinci percobaan saya dalam strategi mengajar. Apalagi daerah saya bertugas adalah daerah yang berdasarkan SK Bupati merupakan DAERAH SANGAT TERPENCIL. Bayangkan, ada murid saya yang di SMP masih belum lancar membaca. Apa bisa, teori dan pengalaman PPL strategi mengajar di kota diterapkan di sini.

Kalau boleh menilai, materi perkuliahan saya di FKIP Unlam program studi Pendidikan Matematika terlalu banyak materi matematikanya. Sampai dengan materi analitik, diskrit, deret Fourier, dan lain-lain yang saya sendiri tidak ingat lagi. Saking tingginya ilmu matematika tersebut, tapi setelah menjadi guru SMP tidak ada yang bisa di pakai. Karena materi matematika di SMP paling tinggi adalah Logaritma, Persamaan Kuadrat, dan lain-lain.

Yang sangat saya perlukan di lapangan adalah:
1. Bagaimana menghadapi siswa yang nakal?
2. Bagaimana mensiasat pembelajaran yang siswanya masih belum lancar membaca?
3. Bagaimana agar pembelajaran matematika yang abstrak bisa dibuat kontekstual dengan alat, media dan bahan ajar yang terbatas. (maklum di daerah sangat terpencil).
4. Bagaimana memotivasi siswa?
5. Bagaimana membuat siswa memiliki ketertarikan untuk belajar, karena didaaerah saya siswa sering tidak hadir karena lebih memilih ikut orang tua mencari nafkah?
dan lain-lain. Masih banyak lagi...

Jadi tolong kepada rekan seprofesi, yang masih baru belajar mengajar dan menemui banyak permasalahan, berikan komentar tentang masalah yang anda juga alami.

Kepada bapak / ibu dosen, bapak Dekan, bapak Rektor, bapak Menteri Pendidikan, bapak Presiden, dan pihak yang terkait. Tolong agar kurikulum pendidikan guru yang ada lebih banyak lagi muatan pendidikannya, jangan kebanyakan teori dan ilmu tingkat tinggi yang tidak terpakai di lapangan.