
Perlu diketahui bahwa selain software propiatery yang dirajai Microsoft, tengah tumbuh dan berkembang komunitas open source yang mencoba mengajak membuat dan menggunakan software open source. Komunitas ini dimotori oleh Richard Stallman dengan proyek GNU-nya. Komunitas ini menghasilkan dan menggunakan software yang berkualitas dan gratis yang telah lama menjadi saingan Microsoft. Tentu saja Bill Gates cs menjadi kebakaran jenggot karena pundi-pundi uangnya terus digerogoti. Saat ini makin banyak perusahaan besar, lembaga pemerintahan, dan individu yang menggunakan software open source. Nah, Stallman dan komunitas open source yang banyak berjasa dalam dunia IT ini disebut oleh sang "expert"-nya PC-Media sebagai "pengemis". Sungguh suatu hal yang kontraproduktif ditengah usaha Depkominfo mensosialisasikan gerakan IGOS (Indonesia Go Open Source).
Saya heran, Bernaridho yang katanya seorang "expert" menjelek-jelekkan komunitas free sofware dengan alasan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara logis dan cenderung menghasut. bahwa Amerika kehilangan banyak uang akibat banyak menggratiskan software. Coba simak potongan tulisannya:
"Stalman, FSF (Free Software Fondation :red), serta perusahaan / individu pembuat software gratis telah melemahkan daya saing Amerika. Dengan membuat banyak software gratis dan memberitahu sangat banyak hal tentant TI, membuat Amerika kehilangan banyak uang.
Bandingkan dengan Jepang yang sangat merahasiakan teknologi baterai, energi, dan mobil elektronik/hibrida/hidrogen. Dengan cara itu, Toyota sangat berjaya dalam penjualan mobil hijau, sementara GM, Chrysler dan Ford harus minta uang dari Pemerintah Amerika karena bangkrut".
Aduh, logika yang kacau.
Kesalahan pertama: Krisisi di Amerika bukan karena software gratis tapi akibat macetnya mega kredit perumahan.
Pokok tulisan kan membahas masalah TI, yakni software gratis tapi kenapa analoginya dalam dunia otomotif. Sejak kapa n ada perusahaan otomotif Amerika seperti GM, Chrysler dll yang membuat mobil gratis dan memberitahukan rahasia teknologi mereka kepada publik. Nggak ada coy! trus apa bedanya dengan Jepang, nggak ada. Mereka membuat mobil yang nggak gratis, teknologinya dirahasiakan dan dijual kepada pembeli.
Kalaupun saat ini banyak perusahaan Amerika bangkrut adalah karena efek domino krisis kredit perumahan di Amerika. Tentunya kalau Bernaridho sering membaca dan menonton TV akan tahu bahwa saat ini tengah terjadi krisis global yang dipicu masalah macetnya kredit Subprime mortage di Amerika, bukannya akibat Amerika kebanyakan membuat software gratis. Saya sarankan agar Bernaridho sebelum berbicara krisis di AS agar lebih dahulu membaca tulisan di EOWI.
Kesalahan kedua: Open Source, Freesoftware dan Software Gratis tidak sama.
Lagi-lagi sang "expert" membuat kesalahan. Entah sengaja atau tidak menggiring opini publik bahwa software open source sama dengan freesoftware sama dengan software gratis. Padahal ketiga istilah tersebut tidak sama.
Open source adalah sebuah gerakan yang mengajak membuat software agar membuka rahasia teknologinya. Pemakai diberi kebebasan untuk mengcopy, mengubah dan melihat source code software Open Source. Tapi Open Source tidak harus gratis. Pembuat software open source bisa menjual softwarenya, menjual jasa konsultasi pemakaian softwarenya. Ternyata hal ini merupakan cara berbisnis yang hebat.
Trus, apa itu freesoftware. Nah, software kategori ini bisa gratis tapi tidak harus membeberkan rahasia kode programnya kepada pemakai. Sedangkan istilah software gratis tidak umum dalam dunia TI karena mengandung banyak arti dan terlalu luas.
Kesalahan ketiga: Donasi di samakan dengan Mengemis.
Nah, inilah yang saya sebut menjelek-jelekkan. Donasi tidak sama dengan pengemis. Donasi biasa digunakan perusahaan pembuat software open source (walau tidak selalu) sebagai cara untuk mencari dana riset. Biasanya pemberi donasi adalah individu/perusahaan yang merasa puas karena telah mengunakan software open souce. Jadi tidak ada paksaan. Donasi diberikan oleh pengguna software open source, trus merasa puas, merasa berhutang budi dan selanjutnya berpikir untuk ikut menyumbang kepada pembuat software. Donasi diberikan atas dasar adanya jasa dan bersifat sukarela. Toh, tidak ada atau jarang sekali pemberi donasi diluar pengguna software open source.
Sedangkan mengemis adalah meminta uang tanpa ada imbal jasa sama sekali. Sekedar menanaikan tangan dan mengharapkan kemurahan hati pemberi. Pengemis biasanya dianalogikan dengan gembel, kumuh, tak berpendidikan, meminta-minta di tengah jalan.
Nah, beda dong dengan komunitas atau perusahaan open source. Mereka bekerja, tanpa dibayar membuat software, memberitahukan rahasia kode program. Pengguna bebas memakai, mengkopi, mendistribusikan dan mengubah kode program. Wajar dong kalau mereka mengetuk hati para pengguna yang mempunyai hati yang baik dan sedikit kelebihan uang untuk membantu dengan donasi. Tidak ada paksaan. Dan agar pembaca tidak dibodohi tolong diingat, donasi tidak sama dengan mengemis.
Saya kecewa berat dengan PC-Media dan menyatakan akan berhenti berlangganan jika bulan depan Bernaridho masih mengisi tulisan di viewpoint. Harusnya pihak redaksi PC-Media selektif dalam memilih penulis. Perhatikan sisi keahlian dan kapasitas penulis. Jangan sampai tulisan bernada menghasut karena akan membodohi pembaca untuk menjauhi open source. Tentu hal ini bertentangan dengan semangat pemerintah memasyarakatkan open source melalu program IGOS-nya. Semoga saja kesalahan tulisan ini bukan akibat trik dagang murahan, bukan pula karena penulis mendapat order dari Microsoft, atau bukan pula karena PC-Media tengah menjalin kemesraan dengan Microsoft yang tengah berusaha memonopoli dunia. Semoga kritik ini membuat PC-Media lebih fair dan berimbang dalam memberitakan sesuatu hal, terutama di dunia TI.
Si Bernaridho ini jgn2 dibayar MS u/ nulis kyk gtu..
BalasHapusdan Saya pribadi tidak suka PC Media sejak latar belakang 'pembuat' PCMAV terkuak di internet (forum dsb)..
Persaingan yg tak sehat....
BalasHapuswalah ada tujuan lain tuh di balik tulisannya.
BalasHapusUlun dukung pian pak, kalau PC Media tidak menjunjung netralitas sesuai dengan komitmennya terdahulu, ulun berhenti jua beli produknya ...walaupun hanya beli yang edisi ekonomis ... he he
BalasHapusbtw, kunjungi ulun
Lah, sudah dari dulu saya curiga kalo media ini sudah "dibeli" sama MIcrosoft, pak... Dan sudah sejak pertengahan 2006 saya berhenti berlangganan, semenjak belajar IT via online doang, ho ho ho...
BalasHapus@Aidicard:
BalasHapusMungkin juga ada kongkalikong antar penulis dan vendor. BTW mengenai latar belakang pembuat PCMAV itu, tolong beri link di sini dong biar kita semua tahu cerita sebenarnya.
@Anonim:
mungkin juga, Pak.
@Simpang Mahar:
Trims dukungannya. Saya akan lihat edisi bulan depan apakah tulisan Bernaridho masih ada. Jika masih maka saya akan berhenti membeli majalah yang tidak menjunjung netralitas dan obyektivitas.
OK..langsjung beilang nah ke SImpang Mahar.
@amed:
waduh..saya baru tahu nih, Pak Amed...padahal beli PCMAV untuk bahan referensi karena sering diundang jadi instruktor pelatihan yagn memakai software under windows.
hehehe.. Dimana mana tuh bisnis memang begitu Pak Guru... saling manjetuhkan.... sama busuknya sama POlitik...
BalasHapusKaya ngerorok jua lah....sudah nukar sebuting makin mencandu.
BalasHapushohoi.. itulah dunia perdagangan, Kalo tidak begitu, mana hujungannyaaa????
BalasHapusMemang sih, kata "orang" di dunia ini tak ada yang gratis... Tapi dengan adanya open source, kita jadi lebih mengerti tentng sofware yang akan kita gunakan... Iya ngak pak?
BalasHapusLagian siapa sich yang ngak suka "gratis"? Hidup terus open sourse...
pian sdh coba kasih ke kritik ke PCMedia langsung blm Pak? Sapa tahu penulisnya khilaf. Trus siapa tahu nanti ada ralat. Namanya juga manusia.
BalasHapusBTW Tulisan ini tanpa bermaksud mendukung/membela PCMedia loh.
sagan mahasiswa kaya ulun (golongan keuangan lemah), hal" berbau gratis (dan bagus) lah yg dcari...
BalasHapusuntuk memudahkan diri meneruskan hidup ^.^v
Sejak awal suami saya sempat beli beberapa edisi, tapi trus pindah langganan ke majalah lain. Salah satunya ya info linux... Memang untk Indonesia cocoknya ya software yang gratis-gratis itu pak.
BalasHapuswah, kebetulan saya sudah lama tak beli majalah yg satu ini, kalau beli dulu lebih suka baca tulisannya mas Steven.
BalasHapuskalau baca informasi di atas, memang jelas sekali kekeliruan pengertian open source, freeware, dll. belum lagi persoalan donasi itu. Mantap Pak kritisinya. Kalau bisa juga kirim langsung ke redaksi PC Media.
http://tawa-inc.blogspot.com/2008/07/who-is-anton-pardede.html
BalasHapussaya setuju dengan bapa,
BalasHapusitu org yang krng pengetahuan.
saya dari dulu gak prnh berlangganan majalah ini
(kada beduit ulun gasan menukar, jadi belajar otodidak ja lwn kawanan)
beneran ga mas...masa iy majalah yang lumayan besar seperti itu mau menjual informasi murahan,
BalasHapussaya bangga sekali membaca review pak syams mengenai produk open source. terus terang, saya juga bangga menggunakan produk openoffice sebagai pengganti microsoft office di komputer saya. produk opensource tidak jelek dan yang penting tidak menimbulkan kekuatiran saat menggunakannya (kalau tidak beli tapi membajak).
BalasHapusbetul pak syams. negeri kita sudah terlalu jelek dengan cap pembajaknya. semestinya para ahli mendukung kebijakan pemerintah untuk go open source, bukannya melemahkan semangat dengan membuat artikel yang seperti dimuat oleh PC media.
@IFOELL, Anton, eil:
BalasHapusYoi..benar sekali..
@Gusti:
Sebenarnya walaupun gratis, komunitas open source tetap survive dengan menjual jasa layanan service dan maintanance serta konsultasi.
@Pondok24, Pakacil:
Email sudah saya kirim ke pihak PC-Media, kt tunggu saja apakah di edisi mendatang email saya dimuat. Dan email saya langsung ke Chief in Editor, yakni Anton R. Pardede alias Phardera sampai detik belum membalas email saya.
@alam:
thanx, atas info link nya..
@Wawan:
Sebenarnya masalahnya bukan harga majalan, tapi masalah harga software yang kt gunakan. Coba hitung kalau beli windows asli+Office+Adobe Photoshop+dll bisa-bisa harganya 2-3 kali lipat harga seperangkat komputer.
@andisurya:
Saya menulis berdasarkan fakta, tidak mengada-ngada. Coba baca PC-Media edisi 03/2009 di halaman viewpoint. Sedangkan ulasan saya buat berdasarkan definisi dan pengalaman yang telah saya ketahui.
@Marshmallow:
Hayoo..gunakan software yang legal alias bukan bajakan. kalau anda punya banyak uang silakan pakai yang berbayar, kalau dana pas-pasan atau ingin hemat pakai yang open source.
Contoh:Pakai Ubuntu 8.10 seperti yang saya gunakan saat ini. Dijamin gratis (kalau pesan di ubuntu ship it maka CD installer dikirm langsung dari markas ubuntu di luar negeri gratis). Serta 99,99% bebas virus dan kebal virus.
Kalo kakawanan di pahuluan hdk mengenal linux, silahkan bergabung di palinukan..kita belajar besamaan,
BalasHapusKyna minjam CD nya Pa' lah. Burning kan kah... gasan kompi yg dirumah banar ae
BalasHapus@alam:
BalasHapussetuju...ayu gabung di Komunitas Pengguna Linux di Pahuluan, yakni PALINUKAN.
@wahyu:
OC bos...
bro..kritis juga nih tulisannya, tp ijinkan dq juga tuk ngritisi yahh..
BalasHapustuh liat tulisan kesalahan keduanya gak di bold....wwkakakakakak
hehehe...kritisss...
BalasHapusOiya pak ini ada link yg pian minta, sory telat.. http://panahbiru.wordpress.com/2008/02/04/pcmav-is-virus/
BalasHapusUntung kd belangganan majalah itu...biasanya minjam ja pang... :d
BalasHapusDa kesal jw pang mun pakai nada menghasut kyt, munkin bubuhan MS tu iri kd kw mambari gratis...org iri tu tanda tak mampu....lun mulai beberapa bulan yg lalu udah transisi dr OS MS ke Open Source khususnya Ubuntu...soalnya sedikin aman dr virus...he
Saya baru ngikutin nih. Saya gak pernah baca PC Media sejak 6 bulan lalu. Jangan-jangan emang udah ditunggangi.
BalasHapusBANTAI PC MEDIA! HIDUP CHIP!
BalasHapusuntunglah saya sudah 3 tahun tidak berlangganan PC medi* dan bealih ke infolinux
BalasHapussiapa bilang linux trovalds kurang pahlawan? logikanya gini, anda adalah seorang pencuri, anda mempunyai trik khusus. kemudian anda beberkan trik itu di media massa dan polisi secara detail metode dan kapan akan dilaksanakan aksiny, tetapi anda tetep menang dari polisi/masyarakat!
pertanyaanya, hebatan mana pencuri yang membeberkan atau tertutup?
Saya langganan Info Linux juga kok.
BalasHapusKalau hal ini ngga disikapi dengan tegas, salah-2 IGOS menjadi salah kaprah menjadi Indonesia Goes On Stupid.
Wrong... Indonesia Goes On Sucker...
Hapusbarangkali di mendapat pesanan untuk menulis itu ya?
BalasHapusKayaknya kita nggak usah emosional lah. Nggak usah diprotes ke majalahnya. Lebih baik diusahakan supaya tulisan Bernaridho I Hutabarat bisa di-publish dalam forum online sehingga bisa dibaca maupun dikomentari oleh lebih banyak orang. Apalagi kalau di-bahasa-inggris-kan trus di-post di slashdot.org, wuhu.. bakal jadi flamebait untuk flame yang gede banget..
BalasHapusdengan segala kelebihan dan kekurangan manusia hal2 tsb sangat wajar. mengenai logika, biarkan hati nurani yg berbicara.
BalasHapusbodoh, pandai, tua, kaya, miskin, etc, bukan hal yg mst dibahas.
klo kita uda nyaman, apapun itu yah must go on gitu loh!
tetep gunakan praduga tak bersalah, jangan menghakimi orang dengan judul topik spt diatas. komentar mmg lebih enak dan gampang drpd dituntut orang untuk membuat program anti virus
kritik adalah membangun, bukan untuk intimidasi!!
inget bro, buat menghidupi keluarga sm biaya hidup dibutuhkan skill serta otak dan opini masing2!!!!
Free Software bukanlah Open Source (sumber: http://www.gnu.org/philosophy/free-software-for-freedom.html).
BalasHapusSangat tidak arif mengatakan seseorang ataupun menghina orang lain dari belakang,, berarti anda juga tidak ada bedanya dengan beliau, anda mengatakan beliau "Malah isi tulisannya seperti perilaku para pedagang kecil tak berpendidikan di pasar-pasar kumuh", karena toh anda juga tidak memberikan kontribusi untuk bangsa ini. Saya teman dekat beliau, Bernaridho. I Hutabarat, mengenal idelisme beliau yang kental dengan membangun Negara ini,,, Saya juga Praktisi IT.. Bekerjalah dengan kapasitas dan profesional masing masing. Bukan malah memprovokasi seseuatu yang sebenarnya lumrah dalam dunia Bisnis.
BalasHapus@Anonim: yang berkomentar tidak berani menyebutkan identitas di sini. Perlu diketahui bahwa berdasarkan riset Pemkab HSS (kalsel) jika migrasi ke opensource maka pemerintah daerah bakal menghemat 4 Milyar pertahuh, dibandingkan jika menggunakan software penuh bug dan mahal dari microsoft. Apalagi alasan orang-orang pendukung software berbayar kalau bukan karena mereka dibayar Microsoft untuk membodohi masyarakat.
BalasHapusOhya, kami sudah berkiprah bertahun-tahun mengedukasi masyarakat di Kalsel untuk beralih ke Microsoft. Kiprah nyata yang menguntungkan daerah walaupun kami tidak dibayar sesenpun. Silakan cek di depkominfo maka helpdesk kami www.palinukan.org terdaftar sebagai satu-satunya helpdesk FOSS di Kalsel.
Nah, kalau anda apa kiprah anda dalam membangun masyarakat???????????????????????
Ya ya ya, suka suka anda saja lah ya, mungkin anda boleh berbangga diri sendiri, buat apa saya membanggakan apa yang sudah saya berikan untuk mengedukasi masyarakat karena saya tidak ingin bersifat"Riya" dalam islam membangga bangga kan sesuatu ataupun bersombong diri,, nanti juga anda akan lihat, Ketika Allah.swt mengizinkan saya untuk mempublishnya, Knp Anonim : karena saya tidak ingin berdebat dan memprovokasi seperti anda. Kenapa kita tidak pernah maju dalam segala bidang, karena setiap praktisi dan expert tidak mau saling menerima dan duduk sama rendah, Hanya mementingkan ego masing masing, jika hanya ini yang kita punya, sampai kapan pun kita tetaplah "Follower" dimata dunia.
BalasHapus@Anonim: kita tidak bicara masalah riya..tapi masalah memberdayakan masyarakat dengan software F/OSS. Kalau ada yang hemat biaya buat apa anda semua ngotot harus pakai sotware dari Microsoft yang menguras uang rakyat Triliunan rupiah kalau aturan UU Haki diberlakukan.
BalasHapusSudah saatnya kita lepas dari penjajahan Microsoft dan basmi semua antek-anteknya...hidup Linux, Hidup F//OSS, Hidup Stallman, Hidup Torvald..go to hell Microsoft dan antek-anteknya...
Siapa bilang kami hanya follower, hanya user??? karena Linux bersifat terbuka maka kami dapat mempelajari source code dan belajar membuat OS sendiri.. tak lama lagi kami akan mengeluarkan distro Linux khusus untuk Masyarakat Kalsel. Selain itu kami udah mulai mendevelop software aplikasi-aplikasi mulai dari Billing warnet, sistem informasi sekolah, sistem informasi rumah sakit...
BalasHapusItulah indahnya Open Source, terjadi alih teknolgi sehingga masyarakat lebih cerdas. Setelah membaca ini apakah masih ada orang yang "Ngotot" membela Microsoft? Satu-satunya alasan membela Microsoft dan software closed source lainnya hanya alasan bisnis....
saya rasa kebangeten kalau seseorang punya pendapat lain terus kita tuduh "dibayar" oleh Microsoft atau Apple atau Oracle, dsb.
BalasHapuskapan sih pendukung open source di Indonesia itu bisa berdebat tanpa berkepala panas?
Saya sangat setuju dengan tilsan anda :D anda cerdas!!
BalasHapusMenurut saya, Beliau tidak dibeli oleh perusahaan-perusahaan, tapi karena memang beliau memiliki banyak uang melalui kiprahnya dalam dunia yang sama dengan Microsoft dkk.
BalasHapusMas Syamsuddin, silahkan kritik (kritikan sampean sepikiran dengan saya) tapi harap tidak menggunakan opini atau desas-desus, khususnya karena kita ini muslim tidak boleh menggunakan itu.
Anton Pardede adlah orang plg licik sedunia. Awalnya cuma karyawan bias, skrg dia berhasil menyabet perusahaan milik Mario Syahbana .Tutur Katanya Sok,.main pecat para karyawan. Dia juga selingkuh dgn Sekretarisnya dan skrg Dia ambisi Merebut Majalah Audio Pro.
BalasHapusAnton Pardede , awalnya orang biasa. Tapi krn kelicikannya , dia berhasil menjadi pemimpin perusahaan milik Pak Mario Syahbana yg bergerak di pc media, perkawinan, mobil motor. Bahkan dgn kelicikannya dia memecat karyawan seenaknya dan melakukan berbagai macam cara agar pecat tanpa pesangon sehingga para karyawan yg akhirnya.nyerah dan tdk dpt pesangon krn alasan karyawan yg mengundurkan diri , sehingga meraka tdk dpt pesangon, Bahkan Sekarang Dia Ambisius mau menguasai Audio Pro Dgn Cara Licik yg benar2 Tdk Berkenan Di Mata Allah SWT. Dia juga Selingkuh dgn Sekretarisnya. Dan Antek2nya Ibu Eka.
BalasHapuswahhh....sampeyan karyawan ngga berprestasi yang kebakaran jenggot karena ngga bisa korupsi lagi di audiopro ya? kalo sampeyan doyan selingkuh biasanya emang gini kelakuannya. sakit hati mbok ya jangan bego2 amat...dasar indon!
BalasHapusUlasan yang bagus. Saya setuju akan komparasi perbandingan yang tidak relevan. Tapi aneh sekali melihat para komentator2 lainnya yang mencoba membenarkan fakta berdasarkan kebanggaan nya akan linux. Memang benar dalam dunia IT, linux lah jago nya di karenakan open source nya. Bahkan server2 pun base on Linux. Namun, cobalah berdebat dengan tidak terikat pada satu sisi dan tidak memojokkan sisi yang lainnya.
BalasHapusLieur
HapusPC Media sekarang apa gak ada produk cetaknya ya?
BalasHapusBarusan nyasar ke isi blog ini. kebetulan saat itu saya baca juga... dan nggak tau pembandingnya. sepertinya ini argumen bagus.
BalasHapuscuma baru2 ini memang banyak developer yang menerapkan harga tinggi bagi pengguna ya... macam langganan software (pusing ini), jadi buat desainer kere macam saya mesti cari penjual software dgn perpetual license yg masih tersisa.
Di sisi lain, oracle yang tadinya menggratiskan java akan diharuskan membayar. Setidaknya untuk kalangan bisnis dan komersial. Mungkin yg gratis2 dan murah akan menyusut? Tapi beberapa freeware grafis lain yang saya tau juga berubah menjadi berbayar. Saya lupa masing2nya saat menulis komentar ini
linux bagus untuk server dan perusahaan tapi kalangan pengguna awam seperti saya linux tidak user friendly sama sekali, beda dengan windows yg sangat user friendly dan kekurangan windows adalah mahal tentunya. jalan keluarnya ya download ilegal aja di internet wkwkwkwk
BalasHapusAnda mengeluh akan kenetralitasan pada seseorang atau sebuah majalah, tetapi anda sendiri tidak menjaga netralitas terhadap tanggapan kepada sebuah artikel.
BalasHapusCoba lihat fenomena pada masa pandemi ini, beberapa hal di artikel tersebut terbukti benar adanya. Karena mindset pemakai open source menganggap "app gratis ini, gak usah bayar", padahal untuk memaintenance projectnya itu perlu duit untuk membayar developernya. Lihat pemimpin project tersebut sekarang banyak yang masang banner, membuat blog untuk membuka donasi untuk projectnya tetap berjalan. Secara tidak langsung itu pemilik/pemimpinnya lagi mengemis kepada penggunanya. Kalau pemiliknya menjadikan itu sebagai sebuah produk, maka penggunanya mengancam pindah ke produk lain. Salah satu kasusnya yaitu Ubuntu.
yang saya sayangkan pada komunitas pengguna open source itu, mengkampanyekan penggunaan saja tanpa mendonasi kepada project tersebut. Belum lagi mengejek produk yang berbayar.
Benar sekali
Hapus