20 Februari 2009

PC Media: Pembodohan Pembaca!

Sejak lama saya pembaca majalah PC-Media yang menyediakan berbagai informasi, tips, dan perkembangan software under windows. Selain itu saya juga berlangganan majalah InfoLinux yang merupakan majalahnya software-software under Linux. Yah, saya memang masih menggunakan kedua Operating System tersebut, walaupun saat ini hanya 10% memakai Windows dalam pekerjaan sehari-hari. Microsoft Windows XP yang harus dibeli dengan lisensi terbatas dan Ubuntu Linux yang gratis dan tersedia source code nya.

Tapi saat ini saya kecewa terhadap majalah PC-Media. Pada edisi 03/2009 terdapat tulisan yang bernada menghina dan menghasut pembaca agar menjauhi software-software Free seperti Linux dan lain-lain. Tulisan yang dibuat Bernaridho I Hutabarat yang katanya seorang Business Intelligence Expert pada kolom viewpoint sangat rancu. Pemikiran yang dibangun tidak dilandaskan pada logika yang harusnya dimiliki seorang "expert". Malah isi tulisannya seperti perilaku para pedagang kecil tak berpendidikan di pasar-pasar kumuh. Yakni, usaha menjual dagangan dengan menjelek-jelekkan dagangan pesaing.



Perlu diketahui bahwa selain software propiatery yang dirajai Microsoft, tengah tumbuh dan berkembang komunitas open source yang mencoba mengajak membuat dan menggunakan software open source. Komunitas ini dimotori oleh Richard Stallman dengan proyek GNU-nya. Komunitas ini menghasilkan dan menggunakan software yang berkualitas dan gratis yang telah lama menjadi saingan Microsoft. Tentu saja Bill Gates cs menjadi kebakaran jenggot karena pundi-pundi uangnya terus digerogoti. Saat ini makin banyak perusahaan besar, lembaga pemerintahan, dan individu yang menggunakan software open source. Nah, Stallman dan komunitas open source yang banyak berjasa dalam dunia IT ini disebut oleh sang "expert"-nya PC-Media sebagai "pengemis". Sungguh suatu hal yang kontraproduktif ditengah usaha Depkominfo mensosialisasikan gerakan IGOS (Indonesia Go Open Source).

Saya heran, Bernaridho yang katanya seorang "expert" menjelek-jelekkan komunitas free sofware dengan alasan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara logis dan cenderung menghasut. bahwa Amerika kehilangan banyak uang akibat banyak menggratiskan software. Coba simak potongan tulisannya:

"Stalman, FSF (Free Software Fondation :red), serta perusahaan / individu pembuat software gratis telah melemahkan daya saing Amerika. Dengan membuat banyak software gratis dan memberitahu sangat banyak hal tentant TI, membuat Amerika kehilangan banyak uang.

Bandingkan dengan Jepang yang sangat merahasiakan teknologi baterai, energi, dan mobil elektronik/hibrida/hidrogen. Dengan cara itu, Toyota sangat berjaya dalam penjualan mobil hijau, sementara GM, Chrysler dan Ford harus minta uang dari Pemerintah Amerika karena bangkrut".

Aduh, logika yang kacau.

Kesalahan pertama
: Krisisi di Amerika bukan karena software gratis tapi akibat macetnya mega kredit perumahan.
Pokok tulisan kan membahas masalah TI, yakni software gratis tapi kenapa analoginya dalam dunia otomotif. Sejak kapa n ada perusahaan otomotif Amerika seperti GM, Chrysler dll yang membuat mobil gratis dan memberitahukan rahasia teknologi mereka kepada publik. Nggak ada coy! trus apa bedanya dengan Jepang, nggak ada. Mereka membuat mobil yang nggak gratis, teknologinya dirahasiakan dan dijual kepada pembeli.

Kalaupun saat ini banyak perusahaan Amerika bangkrut adalah karena efek domino krisis kredit perumahan di Amerika. Tentunya kalau Bernaridho sering membaca dan menonton TV akan tahu bahwa saat ini tengah terjadi krisis global yang dipicu masalah macetnya kredit Subprime mortage di Amerika, bukannya akibat Amerika kebanyakan membuat software gratis. Saya sarankan agar Bernaridho sebelum berbicara krisis di AS agar lebih dahulu membaca tulisan di EOWI.

Kesalahan kedua: Open Source, Freesoftware dan Software Gratis tidak sama.
Lagi-lagi sang "expert" membuat kesalahan. Entah sengaja atau tidak menggiring opini publik bahwa software open source sama dengan freesoftware sama dengan software gratis. Padahal ketiga istilah tersebut tidak sama.

Open source adalah sebuah gerakan yang mengajak membuat software agar membuka rahasia teknologinya. Pemakai diberi kebebasan untuk mengcopy, mengubah dan melihat source code software Open Source. Tapi Open Source tidak harus gratis. Pembuat software open source bisa menjual softwarenya, menjual jasa konsultasi pemakaian softwarenya. Ternyata hal ini merupakan cara berbisnis yang hebat.

Trus, apa itu freesoftware. Nah, software kategori ini bisa gratis tapi tidak harus membeberkan rahasia kode programnya kepada pemakai. Sedangkan istilah software gratis tidak umum dalam dunia TI karena mengandung banyak arti dan terlalu luas.

Kesalahan ketiga: Donasi di samakan dengan Mengemis.
Nah, inilah yang saya sebut menjelek-jelekkan. Donasi tidak sama dengan pengemis. Donasi biasa digunakan perusahaan pembuat software open source (walau tidak selalu) sebagai cara untuk mencari dana riset. Biasanya pemberi donasi adalah individu/perusahaan yang merasa puas karena telah mengunakan software open souce. Jadi tidak ada paksaan. Donasi diberikan oleh pengguna software open source, trus merasa puas, merasa berhutang budi dan selanjutnya berpikir untuk ikut menyumbang kepada pembuat software. Donasi diberikan atas dasar adanya jasa dan bersifat sukarela. Toh, tidak ada atau jarang sekali pemberi donasi diluar pengguna software open source.

Sedangkan mengemis adalah meminta uang tanpa ada imbal jasa sama sekali. Sekedar menanaikan tangan dan mengharapkan kemurahan hati pemberi. Pengemis biasanya dianalogikan dengan gembel, kumuh, tak berpendidikan, meminta-minta di tengah jalan.

Nah, beda dong dengan komunitas atau perusahaan open source. Mereka bekerja, tanpa dibayar membuat software, memberitahukan rahasia kode program. Pengguna bebas memakai, mengkopi, mendistribusikan dan mengubah kode program. Wajar dong kalau mereka mengetuk hati para pengguna yang mempunyai hati yang baik dan sedikit kelebihan uang untuk membantu dengan donasi. Tidak ada paksaan. Dan agar pembaca tidak dibodohi tolong diingat, donasi tidak sama dengan mengemis.

Saya kecewa berat dengan PC-Media dan menyatakan akan berhenti berlangganan jika bulan depan Bernaridho masih mengisi tulisan di viewpoint. Harusnya pihak redaksi PC-Media selektif dalam memilih penulis. Perhatikan sisi keahlian dan kapasitas penulis. Jangan sampai tulisan bernada menghasut karena akan membodohi pembaca untuk menjauhi open source. Tentu hal ini bertentangan dengan semangat pemerintah memasyarakatkan open source melalu program IGOS-nya. Semoga saja kesalahan tulisan ini bukan akibat trik dagang murahan, bukan pula karena penulis mendapat order dari Microsoft, atau bukan pula karena PC-Media tengah menjalin kemesraan dengan Microsoft yang tengah berusaha memonopoli dunia. Semoga kritik ini membuat PC-Media lebih fair dan berimbang dalam memberitakan sesuatu hal, terutama di dunia TI.

53 komentar:

  1. Si Bernaridho ini jgn2 dibayar MS u/ nulis kyk gtu..

    dan Saya pribadi tidak suka PC Media sejak latar belakang 'pembuat' PCMAV terkuak di internet (forum dsb)..

    BalasHapus
  2. Persaingan yg tak sehat....

    BalasHapus
  3. walah ada tujuan lain tuh di balik tulisannya.

    BalasHapus
  4. Ulun dukung pian pak, kalau PC Media tidak menjunjung netralitas sesuai dengan komitmennya terdahulu, ulun berhenti jua beli produknya ...walaupun hanya beli yang edisi ekonomis ... he he
    btw, kunjungi ulun

    BalasHapus
  5. Lah, sudah dari dulu saya curiga kalo media ini sudah "dibeli" sama MIcrosoft, pak... Dan sudah sejak pertengahan 2006 saya berhenti berlangganan, semenjak belajar IT via online doang, ho ho ho...

    BalasHapus
  6. @Aidicard:
    Mungkin juga ada kongkalikong antar penulis dan vendor. BTW mengenai latar belakang pembuat PCMAV itu, tolong beri link di sini dong biar kita semua tahu cerita sebenarnya.

    @Anonim:
    mungkin juga, Pak.

    @Simpang Mahar:
    Trims dukungannya. Saya akan lihat edisi bulan depan apakah tulisan Bernaridho masih ada. Jika masih maka saya akan berhenti membeli majalah yang tidak menjunjung netralitas dan obyektivitas.

    OK..langsjung beilang nah ke SImpang Mahar.

    @amed:
    waduh..saya baru tahu nih, Pak Amed...padahal beli PCMAV untuk bahan referensi karena sering diundang jadi instruktor pelatihan yagn memakai software under windows.

    BalasHapus
  7. hehehe.. Dimana mana tuh bisnis memang begitu Pak Guru... saling manjetuhkan.... sama busuknya sama POlitik...

    BalasHapus
  8. Kaya ngerorok jua lah....sudah nukar sebuting makin mencandu.

    BalasHapus
  9. hohoi.. itulah dunia perdagangan, Kalo tidak begitu, mana hujungannyaaa????

    BalasHapus
  10. Memang sih, kata "orang" di dunia ini tak ada yang gratis... Tapi dengan adanya open source, kita jadi lebih mengerti tentng sofware yang akan kita gunakan... Iya ngak pak?
    Lagian siapa sich yang ngak suka "gratis"? Hidup terus open sourse...

    BalasHapus
  11. pian sdh coba kasih ke kritik ke PCMedia langsung blm Pak? Sapa tahu penulisnya khilaf. Trus siapa tahu nanti ada ralat. Namanya juga manusia.
    BTW Tulisan ini tanpa bermaksud mendukung/membela PCMedia loh.

    BalasHapus
  12. sagan mahasiswa kaya ulun (golongan keuangan lemah), hal" berbau gratis (dan bagus) lah yg dcari...
    untuk memudahkan diri meneruskan hidup ^.^v

    BalasHapus
  13. Sejak awal suami saya sempat beli beberapa edisi, tapi trus pindah langganan ke majalah lain. Salah satunya ya info linux... Memang untk Indonesia cocoknya ya software yang gratis-gratis itu pak.

    BalasHapus
  14. wah, kebetulan saya sudah lama tak beli majalah yg satu ini, kalau beli dulu lebih suka baca tulisannya mas Steven.

    kalau baca informasi di atas, memang jelas sekali kekeliruan pengertian open source, freeware, dll. belum lagi persoalan donasi itu. Mantap Pak kritisinya. Kalau bisa juga kirim langsung ke redaksi PC Media.

    BalasHapus
  15. http://tawa-inc.blogspot.com/2008/07/who-is-anton-pardede.html

    BalasHapus
  16. saya setuju dengan bapa,
    itu org yang krng pengetahuan.
    saya dari dulu gak prnh berlangganan majalah ini
    (kada beduit ulun gasan menukar, jadi belajar otodidak ja lwn kawanan)

    BalasHapus
  17. beneran ga mas...masa iy majalah yang lumayan besar seperti itu mau menjual informasi murahan,

    BalasHapus
  18. saya bangga sekali membaca review pak syams mengenai produk open source. terus terang, saya juga bangga menggunakan produk openoffice sebagai pengganti microsoft office di komputer saya. produk opensource tidak jelek dan yang penting tidak menimbulkan kekuatiran saat menggunakannya (kalau tidak beli tapi membajak).

    betul pak syams. negeri kita sudah terlalu jelek dengan cap pembajaknya. semestinya para ahli mendukung kebijakan pemerintah untuk go open source, bukannya melemahkan semangat dengan membuat artikel yang seperti dimuat oleh PC media.

    BalasHapus
  19. @IFOELL, Anton, eil:
    Yoi..benar sekali..

    @Gusti:
    Sebenarnya walaupun gratis, komunitas open source tetap survive dengan menjual jasa layanan service dan maintanance serta konsultasi.

    @Pondok24, Pakacil:
    Email sudah saya kirim ke pihak PC-Media, kt tunggu saja apakah di edisi mendatang email saya dimuat. Dan email saya langsung ke Chief in Editor, yakni Anton R. Pardede alias Phardera sampai detik belum membalas email saya.

    @alam:
    thanx, atas info link nya..

    @Wawan:
    Sebenarnya masalahnya bukan harga majalan, tapi masalah harga software yang kt gunakan. Coba hitung kalau beli windows asli+Office+Adobe Photoshop+dll bisa-bisa harganya 2-3 kali lipat harga seperangkat komputer.

    @andisurya:
    Saya menulis berdasarkan fakta, tidak mengada-ngada. Coba baca PC-Media edisi 03/2009 di halaman viewpoint. Sedangkan ulasan saya buat berdasarkan definisi dan pengalaman yang telah saya ketahui.

    @Marshmallow:
    Hayoo..gunakan software yang legal alias bukan bajakan. kalau anda punya banyak uang silakan pakai yang berbayar, kalau dana pas-pasan atau ingin hemat pakai yang open source.
    Contoh:Pakai Ubuntu 8.10 seperti yang saya gunakan saat ini. Dijamin gratis (kalau pesan di ubuntu ship it maka CD installer dikirm langsung dari markas ubuntu di luar negeri gratis). Serta 99,99% bebas virus dan kebal virus.

    BalasHapus
  20. Kalo kakawanan di pahuluan hdk mengenal linux, silahkan bergabung di palinukan..kita belajar besamaan,

    BalasHapus
  21. Kyna minjam CD nya Pa' lah. Burning kan kah... gasan kompi yg dirumah banar ae

    BalasHapus
  22. @alam:
    setuju...ayu gabung di Komunitas Pengguna Linux di Pahuluan, yakni PALINUKAN.

    @wahyu:
    OC bos...

    BalasHapus
  23. bro..kritis juga nih tulisannya, tp ijinkan dq juga tuk ngritisi yahh..
    tuh liat tulisan kesalahan keduanya gak di bold....wwkakakakakak

    BalasHapus
  24. hehehe...kritisss...

    BalasHapus
  25. Oiya pak ini ada link yg pian minta, sory telat.. http://panahbiru.wordpress.com/2008/02/04/pcmav-is-virus/

    BalasHapus
  26. Untung kd belangganan majalah itu...biasanya minjam ja pang... :d
    Da kesal jw pang mun pakai nada menghasut kyt, munkin bubuhan MS tu iri kd kw mambari gratis...org iri tu tanda tak mampu....lun mulai beberapa bulan yg lalu udah transisi dr OS MS ke Open Source khususnya Ubuntu...soalnya sedikin aman dr virus...he

    BalasHapus
  27. Saya baru ngikutin nih. Saya gak pernah baca PC Media sejak 6 bulan lalu. Jangan-jangan emang udah ditunggangi.

    BalasHapus
  28. BANTAI PC MEDIA! HIDUP CHIP!

    BalasHapus
  29. untunglah saya sudah 3 tahun tidak berlangganan PC medi* dan bealih ke infolinux

    siapa bilang linux trovalds kurang pahlawan? logikanya gini, anda adalah seorang pencuri, anda mempunyai trik khusus. kemudian anda beberkan trik itu di media massa dan polisi secara detail metode dan kapan akan dilaksanakan aksiny, tetapi anda tetep menang dari polisi/masyarakat!
    pertanyaanya, hebatan mana pencuri yang membeberkan atau tertutup?

    BalasHapus
  30. Saya langganan Info Linux juga kok.

    Kalau hal ini ngga disikapi dengan tegas, salah-2 IGOS menjadi salah kaprah menjadi Indonesia Goes On Stupid.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wrong... Indonesia Goes On Sucker...

      Hapus
  31. barangkali di mendapat pesanan untuk menulis itu ya?

    BalasHapus
  32. Kayaknya kita nggak usah emosional lah. Nggak usah diprotes ke majalahnya. Lebih baik diusahakan supaya tulisan Bernaridho I Hutabarat bisa di-publish dalam forum online sehingga bisa dibaca maupun dikomentari oleh lebih banyak orang. Apalagi kalau di-bahasa-inggris-kan trus di-post di slashdot.org, wuhu.. bakal jadi flamebait untuk flame yang gede banget..

    BalasHapus
  33. dengan segala kelebihan dan kekurangan manusia hal2 tsb sangat wajar. mengenai logika, biarkan hati nurani yg berbicara.
    bodoh, pandai, tua, kaya, miskin, etc, bukan hal yg mst dibahas.
    klo kita uda nyaman, apapun itu yah must go on gitu loh!
    tetep gunakan praduga tak bersalah, jangan menghakimi orang dengan judul topik spt diatas. komentar mmg lebih enak dan gampang drpd dituntut orang untuk membuat program anti virus
    kritik adalah membangun, bukan untuk intimidasi!!
    inget bro, buat menghidupi keluarga sm biaya hidup dibutuhkan skill serta otak dan opini masing2!!!!

    BalasHapus
  34. Free Software bukanlah Open Source (sumber: http://www.gnu.org/philosophy/free-software-for-freedom.html).

    BalasHapus
  35. Sangat tidak arif mengatakan seseorang ataupun menghina orang lain dari belakang,, berarti anda juga tidak ada bedanya dengan beliau, anda mengatakan beliau "Malah isi tulisannya seperti perilaku para pedagang kecil tak berpendidikan di pasar-pasar kumuh", karena toh anda juga tidak memberikan kontribusi untuk bangsa ini. Saya teman dekat beliau, Bernaridho. I Hutabarat, mengenal idelisme beliau yang kental dengan membangun Negara ini,,, Saya juga Praktisi IT.. Bekerjalah dengan kapasitas dan profesional masing masing. Bukan malah memprovokasi seseuatu yang sebenarnya lumrah dalam dunia Bisnis.

    BalasHapus
  36. @Anonim: yang berkomentar tidak berani menyebutkan identitas di sini. Perlu diketahui bahwa berdasarkan riset Pemkab HSS (kalsel) jika migrasi ke opensource maka pemerintah daerah bakal menghemat 4 Milyar pertahuh, dibandingkan jika menggunakan software penuh bug dan mahal dari microsoft. Apalagi alasan orang-orang pendukung software berbayar kalau bukan karena mereka dibayar Microsoft untuk membodohi masyarakat.

    Ohya, kami sudah berkiprah bertahun-tahun mengedukasi masyarakat di Kalsel untuk beralih ke Microsoft. Kiprah nyata yang menguntungkan daerah walaupun kami tidak dibayar sesenpun. Silakan cek di depkominfo maka helpdesk kami www.palinukan.org terdaftar sebagai satu-satunya helpdesk FOSS di Kalsel.

    Nah, kalau anda apa kiprah anda dalam membangun masyarakat???????????????????????

    BalasHapus
  37. Ya ya ya, suka suka anda saja lah ya, mungkin anda boleh berbangga diri sendiri, buat apa saya membanggakan apa yang sudah saya berikan untuk mengedukasi masyarakat karena saya tidak ingin bersifat"Riya" dalam islam membangga bangga kan sesuatu ataupun bersombong diri,, nanti juga anda akan lihat, Ketika Allah.swt mengizinkan saya untuk mempublishnya, Knp Anonim : karena saya tidak ingin berdebat dan memprovokasi seperti anda. Kenapa kita tidak pernah maju dalam segala bidang, karena setiap praktisi dan expert tidak mau saling menerima dan duduk sama rendah, Hanya mementingkan ego masing masing, jika hanya ini yang kita punya, sampai kapan pun kita tetaplah "Follower" dimata dunia.

    BalasHapus
  38. @Anonim: kita tidak bicara masalah riya..tapi masalah memberdayakan masyarakat dengan software F/OSS. Kalau ada yang hemat biaya buat apa anda semua ngotot harus pakai sotware dari Microsoft yang menguras uang rakyat Triliunan rupiah kalau aturan UU Haki diberlakukan.

    Sudah saatnya kita lepas dari penjajahan Microsoft dan basmi semua antek-anteknya...hidup Linux, Hidup F//OSS, Hidup Stallman, Hidup Torvald..go to hell Microsoft dan antek-anteknya...

    BalasHapus
  39. Siapa bilang kami hanya follower, hanya user??? karena Linux bersifat terbuka maka kami dapat mempelajari source code dan belajar membuat OS sendiri.. tak lama lagi kami akan mengeluarkan distro Linux khusus untuk Masyarakat Kalsel. Selain itu kami udah mulai mendevelop software aplikasi-aplikasi mulai dari Billing warnet, sistem informasi sekolah, sistem informasi rumah sakit...
    Itulah indahnya Open Source, terjadi alih teknolgi sehingga masyarakat lebih cerdas. Setelah membaca ini apakah masih ada orang yang "Ngotot" membela Microsoft? Satu-satunya alasan membela Microsoft dan software closed source lainnya hanya alasan bisnis....

    BalasHapus
  40. saya rasa kebangeten kalau seseorang punya pendapat lain terus kita tuduh "dibayar" oleh Microsoft atau Apple atau Oracle, dsb.
    kapan sih pendukung open source di Indonesia itu bisa berdebat tanpa berkepala panas?

    BalasHapus
  41. Saya sangat setuju dengan tilsan anda :D anda cerdas!!

    BalasHapus
  42. Menurut saya, Beliau tidak dibeli oleh perusahaan-perusahaan, tapi karena memang beliau memiliki banyak uang melalui kiprahnya dalam dunia yang sama dengan Microsoft dkk.

    Mas Syamsuddin, silahkan kritik (kritikan sampean sepikiran dengan saya) tapi harap tidak menggunakan opini atau desas-desus, khususnya karena kita ini muslim tidak boleh menggunakan itu.

    BalasHapus
  43. Anton Pardede adlah orang plg licik sedunia. Awalnya cuma karyawan bias, skrg dia berhasil menyabet perusahaan milik Mario Syahbana .Tutur Katanya Sok,.main pecat para karyawan. Dia juga selingkuh dgn Sekretarisnya dan skrg Dia ambisi Merebut Majalah Audio Pro.

    BalasHapus
  44. Anton Pardede , awalnya orang biasa. Tapi krn kelicikannya , dia berhasil menjadi pemimpin perusahaan milik Pak Mario Syahbana yg bergerak di pc media, perkawinan, mobil motor. Bahkan dgn kelicikannya dia memecat karyawan seenaknya dan melakukan berbagai macam cara agar pecat tanpa pesangon sehingga para karyawan yg akhirnya.nyerah dan tdk dpt pesangon krn alasan karyawan yg mengundurkan diri , sehingga meraka tdk dpt pesangon, Bahkan Sekarang Dia Ambisius mau menguasai Audio Pro Dgn Cara Licik yg benar2 Tdk Berkenan Di Mata Allah SWT. Dia juga Selingkuh dgn Sekretarisnya. Dan Antek2nya Ibu Eka.

    BalasHapus
  45. wahhh....sampeyan karyawan ngga berprestasi yang kebakaran jenggot karena ngga bisa korupsi lagi di audiopro ya? kalo sampeyan doyan selingkuh biasanya emang gini kelakuannya. sakit hati mbok ya jangan bego2 amat...dasar indon!

    BalasHapus
  46. Ulasan yang bagus. Saya setuju akan komparasi perbandingan yang tidak relevan. Tapi aneh sekali melihat para komentator2 lainnya yang mencoba membenarkan fakta berdasarkan kebanggaan nya akan linux. Memang benar dalam dunia IT, linux lah jago nya di karenakan open source nya. Bahkan server2 pun base on Linux. Namun, cobalah berdebat dengan tidak terikat pada satu sisi dan tidak memojokkan sisi yang lainnya.

    BalasHapus
  47. PC Media sekarang apa gak ada produk cetaknya ya?

    BalasHapus
  48. Barusan nyasar ke isi blog ini. kebetulan saat itu saya baca juga... dan nggak tau pembandingnya. sepertinya ini argumen bagus.
    cuma baru2 ini memang banyak developer yang menerapkan harga tinggi bagi pengguna ya... macam langganan software (pusing ini), jadi buat desainer kere macam saya mesti cari penjual software dgn perpetual license yg masih tersisa.
    Di sisi lain, oracle yang tadinya menggratiskan java akan diharuskan membayar. Setidaknya untuk kalangan bisnis dan komersial. Mungkin yg gratis2 dan murah akan menyusut? Tapi beberapa freeware grafis lain yang saya tau juga berubah menjadi berbayar. Saya lupa masing2nya saat menulis komentar ini

    BalasHapus
  49. linux bagus untuk server dan perusahaan tapi kalangan pengguna awam seperti saya linux tidak user friendly sama sekali, beda dengan windows yg sangat user friendly dan kekurangan windows adalah mahal tentunya. jalan keluarnya ya download ilegal aja di internet wkwkwkwk

    BalasHapus
  50. Anda mengeluh akan kenetralitasan pada seseorang atau sebuah majalah, tetapi anda sendiri tidak menjaga netralitas terhadap tanggapan kepada sebuah artikel.

    Coba lihat fenomena pada masa pandemi ini, beberapa hal di artikel tersebut terbukti benar adanya. Karena mindset pemakai open source menganggap "app gratis ini, gak usah bayar", padahal untuk memaintenance projectnya itu perlu duit untuk membayar developernya. Lihat pemimpin project tersebut sekarang banyak yang masang banner, membuat blog untuk membuka donasi untuk projectnya tetap berjalan. Secara tidak langsung itu pemilik/pemimpinnya lagi mengemis kepada penggunanya. Kalau pemiliknya menjadikan itu sebagai sebuah produk, maka penggunanya mengancam pindah ke produk lain. Salah satu kasusnya yaitu Ubuntu.

    yang saya sayangkan pada komunitas pengguna open source itu, mengkampanyekan penggunaan saja tanpa mendonasi kepada project tersebut. Belum lagi mengejek produk yang berbayar.

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda.